Oleh: Ardinal Bandaro Putiah
Apa masalah kita? Itulah pertanyaan yang masih saya ingat dari pembicaraan Chairul Tanjung ketika jadi pembicara dalam Konggres Ummat Islam Ke VII di Pangkal Pinang Bangka Belitung di bulan Februari 2020 yang lalu. Masalah kita adalah kemiskinan.
Pertanyaan berikutnya yang ia lontarkan adalah kenapa kita miskin?. Salah satu jawaban yang ia sampaikan adalah bahwa kita mengganggap persoalan ekonomi bukan hal yang penting dan lebih fokus kepada persoalan persoalan politik.
Senada dengan itu saya juga ingat, apa yang disampaikan oleh Pak Suardi Mahmud bahwa siapa yang memiliki aset, maka ia akan memegang kedaulatan.
Persoalan seragam menjadi bola panas yang sebetulnya tidak perlu ditanggapi. Normatifnya memang demikian. Namun, kearifan lokal tidak akan mampu diintervensi. Bagaimanapun kuatnya tekanan yang diberikan. Tidak usah menghabiskan energi untuk itu, berdebat dan memperdebatkan itu. Tidak semua yang dimainkan di atas panggung itu kita tonton dan tanggapi.
Lebih baik energi dikerahkan bagaimana ummat ini menjadi pemegang kedaulatan. Pelajaran berharga bisa kita ambil bagaimana pergerakan Muhammadiyah memberikan warning ketika Bank Syari'ah direncanakan untuk merger. Artinya warning itu menjadi perhatian karena Muhammadiyah memiliki aset yang tidak bisa dipandang sebelah mata dan menentukan.
Fokus membangun kekuatan ekonomi dengan kekuatan jamaah yang kuat akan menjadikan pengambil kebijakan dan pelaku politik tidak bisa sembarangan dalam melahirkan regulasi. Tantangan terbesar kita adalah bagaimana ummat ini bisa kembali bersatu dalam sebuah semangat kebersamaan.
Masjid menjadi salah satu instrumen yang sangat kuat jika bisa dimaksimalkan. Persoalannya adalah bagaimana bisa menghidupkan kebersamaan tersebut. Masjid kita hari ini hanyalah tempat shalat bersama sama (berjama'ah) walaupun ada fungsi lain sebagai pendidikan ruhani dengan wirid pengajian. Masjid kita baru berfungsi sebatas itu.
Peran dan fungsi Masjid belum optimal, mungkin soal pemahaman dan pengetahuan yang belum sampai ke situ. Ketika Masjid kembali menjadi urat nadi pergerakan ummat kita yakin bahwa posisi tawar ummat ini akan kuat. Urat nadi pergerakan yang kita maksud itu adalah menjadi lokomotif yang mengerakkan perekonomian ummat. Semoga saja mimpi ini akan jadi sebuah kenyataan.
Wallahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar