#surauparabek #sumbar #minangkabau

test

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Senin, 22 Juni 2020

Surat Dari Serambi Mekah (Aceh) Membuat Khalifah Marah

Meskipun panjang, artikel di bawah ini penting dan menarik sekali. Karena memberikan gambaran perjalanan hidup umat Islam di Nusantara, mulai dari hidup di bawah naungan khilafah hingga dipaksakan untuk menerima Pancasila. Yang pada praktinya, Pancasila dijadikan alat kaum sekuler dan komunis untuk menggebuk setiap upaya penerapan syariat Islam secara kaffah.

PENDAHULUAN

SURAT DARI SERAMBI MEKAH MEMBUAT KHALIFAH MARAH (10 Kisah Sejarah yang Tidak Ada di Buku Sekolah/Madrasah)

Unduh buku digitalnya pada tautan ini: http://bit.ly/surat_serambi_mekah
.
Siapa saja yang membaca buku SURAT DARI SERAMBI MEKAH MEMBUAT KHALIFAH MARAH (10 Kisah Sejarah yang Tidak Ada di Buku Sekolah/Madrasah) secara jernih dari awal hingga akhir, insya Allah akan menemukan gambaran sejarah bahwa dulu Nusantara merupakan bagian dari khilafah Islam. Salah satu pragmennya ada di masa Khalifah Sultan Abdul Majid II (1842-1918) yang dapat dibaca pada bab pertama  Surat dari Serambi Mekah Membuat Khalifah Marah.
.
Begitu Khilafah Utsmani runtuh pada 1924, kaum Muslimin di Nusantara pun melalui berbagai ormas Islamnya seperti Syarikat Islam, Muhammadiyah dan cikal bakal Nahdlatul Ulama bersepakat untuk membaiat seorang khalifah baru untuk kaum Muslimin sedunia, sebagai langkah untuk mewujudkannya mereka membentuk Komite Khilafah (1924-1926). Penggalannya dapat dibaca pada bab kedua _Respon Muslim Hindia Belanda Atas Runtuhnya Khilafah._
.
Meskipun kafir penjajah berhasil membuat puluhan negara bangsa di atas puing-puing khilafah, tetapi mereka tidak bisa menyekat perasaan keislaman kaum Muslimin. Setidaknya hal itu ditunjukkan pasukan British Indian Army yang beragama Islam dalam pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945. Detailnya ada pada bab ketiga _Membelot dari Inggris Demi Ukhuwah Islam._
.
Salah satu faktor berdirinya negara bangsa lantaran tekanan penjajah yang begitu kuat serta pemikiran kaum Muslimin yang semakin merosot, sehingga alih-alih membaiat seorang khalifah, umat Islam malah terjebak kepada perdebatan masalah cabang agama di bidang ibadah. Walhasil panggung utama politik diambil alih oleh kaum sekuler (orang Islam yang teracuni pemikiran Barat sehingga menolak penerapan syariat Islam secara kaffah).
.
Karena posisinya telah beralih ke pinggir panggung alias _bargaining_ politiknya sudah tak sekuat dulu, begitu merumuskan kemerdekaan kaum Muslimin terpaksa menerima republik/demokrasi sebagai sistem pemerintahannya yang dipaksakan kaum sekuler serta terjebak ke dalam negara bangsa.
.
Tetapi kaum Muslimin yang diwakili para ulama tetap menginginkan negara yang merdeka nanti berdasarkan Islam, bukan Pancasila seperti yang disodorkan kaum sekuler. Hal itu bisa terlihat pada perdebatan di sidang BPUPKI 1945 maupun Sidang Konstituante 1955-1959. Penggalan kisahnya ada pada bab keempat _Janji Itu Dikhianati._
.
Menariknya, bukan hanya kaum sekuler, dalam Sidang Konstituante kaum komunis pun berada pada kubu Pancasila. Kok bisa? Jawabannya ada pada bab kelima _Pancasila, Alat Sekuler dan Komunis Menjegal Islam._
.
Kaum sekuler semakin jemawa. Tak puas hanya dasar negara, mereka pun melarang parpol dan ormas berasaskan Islam. Semua harus berasas tunggal Pancasila. Yang melawan dipersekusi, dikriminalisasi bahkan dibunuh. Kejadian di era Orde Baru itu tergambar dalam bab keenam _Ketika Kiai-kiai NU Ditangkapi._
.
Walhasil, mayoritas kaum Muslimin di Indonesia mengira demokrasi itu bukan jebakan penjajah, lebih parah lagi menyangka demokrasi sesuai Islam bahkan lahir dari Islam. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pun tampil menjelaskan hakikat demokrasi. Dan mengajak kaum Muslimin meninggalkan sistem kufur jebakan penjajah tersebut seraya menggantinya dengan khilafah.
.
Banyak kaum Muslimin yang tersadarkan, namun penguasa sekuler radikal intoleran tak tinggal diam. Melalui kekuasaan dan kaki tangannya, rezim melarang HTI bersuara tentang khilafah salah satunya dalam Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-6.
.
Tapi, takdir Allah berkata lain. Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam pidato sambutannya malah menjelaskan Raden Patah dikukuhkan menjadi Sultan Demak oleh Sultan Turki Utsmani. Reportasenya ada pada bab ketujuh _KUII Ke-6: Khilafah Memiliki Fakta dan Akar Historis yang Kuat di Indonesia._
.
Sejarah masuknya Islam ke Nusantara dan bagaimana hubungannya dengan khilafah dapat pembaca temukan pada bab kedelapan _Surat Raja Sriwijaya Awali Hubungan Khilafah dengan Nusantara (Wawancara dengan sejarawan Septian AW)._
.
Salah satu cara pemerintah menjauhkan kaum Muslimin dari Islam adalah dengan pembelokan sejarah sehingga membuat pengertian terhadap aktivitas politik yang terjadi di masa lalu menjadi tersimpangkan. Pemaparannya ada pada bab sembilan _Deislamisasi Sejarah (Wawancara dengan sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara)._
.
Di penghujung 2019, rezim zaman _now_ juga mewacanakan pada 2020 akan menghapus terminologi khilafah dan istilah jihad dalam fikih dan buku sejarah madrasah. Bagi yang mengerti sejarah, ada yang menyebut rezim mendapat saran dari pembisik busuk macam Snouck Hurgronje, bahkan ada juga yang menyebut rezim tak ubahnya seperti Mustafa Kemal Pasha. Sehingga kesimpulannya tercermin dalam bab kesepuluh _Umat Islam Seperti Belum Merdeka (Wawancara dengan sejarawan Moeflich Hasbullah)._
.
Dengan diterbitkannya buku ini, diharapkan para pembaca dapat memetik pelajaran berharga dari sepuluh pragmen sejarah perjalanan umat Islam di Nusantara ini.
.
Bagi pembaca yang merasa tercerahkan, dimohon kerelaannya untuk membagikan kepada orang baik lainnya sehingga mereka pun merasakan apa yang Anda rasakan. Meski mungkin hanya setetes, semoga buku ini menjadi bahan bakar perjuangan melawan kedzaliman _mulkan jabrian_ untuk menyongsong tegaknya _khilafah ala minhajin nubuwwah._
.
Allahu Akbar!
.
Depok, 1 Rajab 1441 H | 25 Februari 2020 M
.
Penulis,
Joko Prasetyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Halaman