Ada tuduhan berat bahwa para pejuang khilafah membajak maqalah al-Imam al-Mawardi, dengan asumsi bahwa:
(1) Al-Mawardi dalam kitabnya hanya menyebutkan lafal al-Imamah, bukan al-Khilafah;
(2) Imam al-Mawardi (972-1058), hidup di masa Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran, artinya ada kekecewaan beliau pada sistem khilafah. Maka beliau menggunakan redaksi imamah;
(3) Imamah yang dimaksud di redaksi Imam al-Mawardi di Al-Ahkam As-Sultaniyah justru berlaku umum kepada semua sistem kepemimpinan, tidak hanya khilafah.
Qultu:
Pertama, Asumsi seperti di atas, menggambarkan kesimpulan tekstualis yang cukup fatal, bagaimana bisa disimpulkan prematur seperti itu? Hanya karena dianggap tidak ada teks "Khilafah" lalu dijudge sepihak al-Mawardi dikesankan anti khilafah (lihat poin 2).
Kedua, Esensi pembahasan al-Imamah dalam bahasa al-Imam al-Mawardi memangnya apa? Khilafah? Atau Demokrasi dan yang semisalnya? Tentu saja Khilafah, bahkan pada permulaan kitab sudah ada kalimat Khilafah:
Al-Qadhi al-Imam al-Mawardi al-Syafi’i (w. 450 H) menegaskan:
الْإِمَامَةُ: مَوْضُوعَةٌ لِخِلَافَةِ النُّبُوَّةِ فِي حِرَاسَةِ الدِّينِ وَسِيَاسَةِ الدُّنْيَا
Al-Imâmah: pembahasan terkait khilâfat al-nubuwwah (pengganti kenabian) dalam memelihara urusan Din ini dan mengatur urusan dunia (dengannya).
Abu al-Hasan al-Mawardi, Al-Ahkâm al-Sulthâniyyah, Kairo: Dâr al-Hadîts, t.t., juz I, hlm. 15
Loh, kok dijudge tidak ada lafal Khilafah? Lah itu lafal KHILAFAH secara sharih? Bahkan dalam bahasa al-Qadhi al-Mawardi, lafal Khilafah diidhafatkan dengan lafal Al-Nubuwwah, masa beliau dijudge kecewa pada khilafah pada saat yang sama menisbatkannya secara jelas pada kenabian? Logiknya kejauhan.
Jelasnya, mari kita dudukkan pada tempatnya:
Perhatikan:
Pertama, Dalam ilmu manthiq-ushul, mushthalah al-Imamah dalam bahasa fuqaha' (apalagi furaha' salaf dan khalaf) jelas sedang berbicara tentang al-Khilafah, yang menggambarkan esensi kepemimpinan dalam Islam, yakni kepemimpinan umum untuk menegakkan Din Islam dan mengatur urusan dunia dengannya serta mengemban dakwah dengan dakwah dan jihad (itu semua diuraikan oleh para ulama, bukan hanya al-Qadhi al-Mawardi tapi juga Imam al-Haramain al-Juwaini, Imam al-Iji dan al-Qadhi Taqiyuddin al-Nabhani).
Jelas hal itu relevan, mengingat istilah KHILAFAH justru disebutkan secara sharih dalam hadits-hadits nabawiyyah, banyak, dan al-Imam al-Mawardi tidak polos soal dalil-dalil khilafah ini, masa mau dijudge al-Mawardi benci Khilafah?! Jauh.
Kedua, Lafal al-Imamah jelas mengandung konotasi syar'i (al-haqiqah al-syar'iyyah), hal itu terbukti dengan adanya penjelasan syar'i para fuqaha' mengenai karakteristik al-Imamah/al-Khilafah berikut pendalilan dalil-dalil syar'inya;
Kalau jelas mengandung makna hakiki secara syar'i, artinya jangan disimpangkan sembarangan, dijadikan dalih untuk membenarkan kepemimpinan-kepemimpinan sekularistik, disamakan dengan Demokrasi misalnya, dan malah dibedakan dengan Khilafah. Satu contoh kecil, Al-Imam al-Mawardi sendiri menegaskan syarat al-Imam/al-Khalifah WAJIB LAKI-LAKI, MUSLIM, ADIL, lah dalam sistem sekular memangnya diakomodasi syarat mujma' 'alayh seperti itu? Jauh.
Ketiga, Lafal al-Imamah adalah mutaradif (sinonim) dari lafal al-Khilafah, yang namanya mutaradif itu dalam ilmu bahasa/manthiq/ushul, berarti beda lafal tapi semakna, satu esensinya.
Kalau memang mutaradif, kenapa dibeda-bedakan, pada saat yang sama, lafal al-Imamah yang disebutkan al-Imam al-Mawardi malah disama-samakan dengan sistem sekularistik? Baca bab-bab awal kitab al-Mawardi, di sana jelas, al-Mawardi misalnya menegaskan tiga esensi:
1. Al-Imamah yakni KHILAFAT AL-NUBUWWAH dalam memelihara din dan mengatur urusan dunia;
Memangnya sistem sekular mengakomodasi ini? Jauh, riba dilegalkan, hudud, qishash dan banyak lagi malah diabaikan dan digantikan?! Sama dimananya?
2. Al-Imamah hukumnya FARDHU;
Bukan tertolak dan haram, al-Imam al-Mawardi dalam al-Ahkam justru membantah telak mereka yang menjudge khilafah tertolak dan haram, kok malah dikesankan anti khilafah? Terbalik-balik.
3. Al-Imamah WAJIB SATU UNTUK SELURUH DUNIA
Al-Imam al-Mawardi jelas menegaskan wajib satu untuk seluruh dunia, al-Mawardi pun mentarjih dan menegaskannya dalam kitab Adab al-Dunya wa al-Din (silahkan baca kitab al-Mawardi, tidak diframing sepotong-sepotong).
Bukan berbilang, terpecah belah seperti saat ini, dari sisi mananya bisa diframing membenarkan sistem-sistem saat ini? Logikanya jauh, terbalik.
Bagaimana bisa logikanya terbalik-balik? Siapa yang justru membajak kitab al-Mawardi dan menyesatkan umat Islam?
Ketiga, Adapun soal asumsi prematur "Imam al-Mawardi (972-1058), hidup di masa Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran, artinya ada kekecewaan beliau pada sistem khilafah. Maka beliau menggunakan redaksi imamah"
Qultu: Jelas hanya klaim sepihak, bertolak dari prasangka semata, tidak bernilai ilmu, maka tertolak dari asasnya sesuai kaidah dalam ushul:
كل ما بني على باطل فباطل
"Segala hal yang dibangun dari asas yang batil maka batal."
Al-Qadhi al-Mawardi sendiri di awal kitab jelas menisbatkan lafal Khilafah kepada Nubuwwah, "Khilafat al-Nubuwwah".
Perhatikan slide-slide berikut ini, memperjelas hujjah singkat padat kami di atas:
Post Top Ad
Your Ad Spot
Minggu, 28 Juni 2020
Home
Artikel
Dokumen Sejarah
Islamic Note
Wawasan
BENARKAH PARA DA'I BERDUSTA MENGATASNAMAKAN AL-IMAM AL-MAWARDI & UMAT ISLAM?
BENARKAH PARA DA'I BERDUSTA MENGATASNAMAKAN AL-IMAM AL-MAWARDI & UMAT ISLAM?
Tags
Artikel#
Dokumen Sejarah#
Islamic Note#
Wawasan#
Share This

About ADMIN SUMBAR
Wawasan
Label:
Artikel,
Dokumen Sejarah,
Islamic Note,
Wawasan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Post Top Ad
Your Ad Spot
Author Details
Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar